![]() |
homi, jogja, 2024 |
hai, embun membawa surat yang belum tahu kapan tibanya, sebab tidak tahu kemana mengirimkannya.
a letter to someone, anyone.
beberapa tahun belakangan ini, semesta rasanya jahat sekali. tidak peduli seberapa basah bantalmu karena tangisan tadi malam, pagi ini kamu harus bangun lagi. menyingkirkan segala risau yang ternyata tidak hilang bersama bunga dari tidur selama dua jam. tak ada lelap akhir-akhir ini, tapi lirihmu 'setidaknya tak ada mimpi buruk yang menghampiri'. dirimu itu, meski penuh keluhnya, masih ada syukur di sela-selanya. besar harapku, semoga kamu tahu tentang itu. semoga kamu mengerti bahwa masih ada putih dari gelapnya pikiran kacaumu. semoga kamu menerima bahwa rasa pahit dari kopi kesukaanmu itu tak melarangmu untuk menyantap sepotong kue manis. pahit-pahitnya, seharusnya sampai disana saja.
beberapa bulan terakhir ini, banyak yang kehilangan kabarmu, termasuk aku. tidak ada tanda-tanda kehidupan di sosial mediamu, walaupun hal itu tidak seharusnya dijadikan tolok ukur. ada yang datang kepadaku, menanyakan kondisimu. baik-baik sajakah kamu, sehatkah kamu, dan dimanakah tinggalmu. aku kosong, tidak punya jawaban atas pertanyaan yang memang biasanya hanya aku yang punya. jika mereka bisa bertanya padaku, lantas aku bertanya pada siapa? bahkan deru angin ikut menjaga rahasia. bangunan tua pun tak berdaya angkat suara. rintik hujan juga buru-buru mengusap jalanan, tak tersisa jejak-jejak sepatu hitammu. rasanya seperti semesta mendukung hilangnya kamu.
beberapa kali, aku datang ke kedai kopi favoritmu yang lokasinya di perempatan jalan raya itu. tempat yang kau datangi setidaknya tiga hari sekali untuk menyaksikan lelahnya orang menunggu lampu hijau, katamu dulu. "lalu kenapa tidak setiap hari saja?" pertanyaan yang muncul karena pikirku kamu sangat suka hal itu. "takut baristanya hafal sama wajah ku" kamu tersenyum dengan napas bau kopi. dan benar saja, beberapa kali aku datang, sebanyak itu pula mereka bilang tidak ingat wajahmu. sudah lebih mendetail aku menjelaskan kebiasaanmu, memesan secangkir hot americano dan duduk di kursi ujung menghadap jendela. namun nihil, baristanya tak hafal. bapak parkir juga sama, banyak motor dan wajah yang datang lalu pergi, katanya.
maka, bagaimana kabarmu? bagaimana cuaca di tempatmu? apakah langit masih selalu sejalan dengan suasana hatimu? atau sebaliknya, langit malah memesonamu dengan biru cerah primadonanya? sehingga terangkatlah kedua sudut bibir itu dan menyipit matamu. namun, kalau nyatanya tidak seperti itu, semoga kamu ada temannya. semoga kamu tidak menangis sendirian di sudut ruangan, memukuli kepala yang bisingnya kelewatan. semoga kamu tidak menyangkal lara yang payah untuk dituturkan. semoga kamu tidak melupakan makan dan mengganti energimu dengan kesakitan. semoga cahaya datang dan memelukmu yang sesenggukan.
senangkah sedih, lapanglah hatimu. sukakah duka, luaslah jiwamu. dalamlah syukurmu, baiklah jalan itu.
semesta, tolong jagakan dia.
terbangkan segala resah yang membetah di dadanya. pulihkan semua luka yang tak pernah sudah dirasakannya.
hadirkan cinta dalam setiap tawanya. datangkan syukur di setiap sela napasnya.
rangkullah sepinya, hidupkan lagi seluruh mimpinya.
izinkan dia memeluk bahagia. bantu dia untuk kembali temukan dan raih cita.
tolong jagakan dia, semesta. sebab aku sudah tak bisa.
- salam sejuk dari tetesan embun pagi
<3
BalasHapus