![]() |
homi, jogja, 2024 |
aku menerima jika ada hari dimana hatiku penuh biru, padahal awan tidak abu-abu. hari yang terasa berat sebelah, sebab bahu kiriku banyak lukanya. suara-suara terdengar sumbang, beberapa seperti teriakan kencang. aku dimarahi habis-habisan oleh kenyataan, padahal aku tak punya daya untuk balas naik pitam. namun, aku menerimanya. aku belajar menerimanya. aku memahami hatiku yang penuh biru, ku hiasi ia dengan pita-pita lucu. meskipun hiasan itu jatuh dan berulang begitu. riuh gemuruh yang ada di hatiku, berada di luar tanganku. serupa jeda untuknya menyapa kecewa.
aku menerima jika ada nyata yang tak sesuai pinta. biarpun aku butuh beberapa waktu. sebab saat nyata tiba, hatiku termangu cedera. tanganku mendadak kaku, tak bisa terbuka suguhkan rela. pikiranku menyangkal yang telah ketara, menolaknya masuk ke sela-sela kepala. namun, aku menerimanya. aku belajar menerimanya. aku memahami hanya pinta yang mampu ku genggam, hanya pinta yang bisa ku uraikan. lebih dari itu semua, yang punya semesta yang lebih paham. nyata-nyata indah itu datang, lebih memesona daripada pintaku pudarkan muram.
aku menerima jika ada yang hilang. manik mataku buram menatap ruang yang terluang. napasku masih beraturan, tapi kata-kata terujar gelagapan. lidahku terpaku kelu, tak ada mau melarang pilu. dengan atau tanpa lambaian tangan, hilang tetap sisakan cela yang meradang. namun, aku menerimanya. aku belajar menerimanya. aku memahami bahwa hilang punya sisi terang. barangkali aku dijauhkan dari getir tak berkesudahan. atau malah hilang yang ditepikan dari hatiku yang kesesakan. sudah habis masanya, sudah saatnya hilang tiba.
tahun-tahun belakangan dan sampai sekarang, aku masih belajar tentang penerimaan. detik-detik yang ku lewati selalu menjadi detik pertama, jadi tak apa jika aku keliru. kukumpulkan segala luput itu, kusimpan sebagai memori pilu. agar dapat ku timang, agar tak terulang.
-salam sejuk dari tetesan embun pagi
Rutin buka blog ini tapi gak ada tulisan baru :(. Semoga kamu baik ya!
BalasHapus