Saat aku melihat sosok itu. Indahnya si mata kopi. Bulat
dengan bulu mata yang panjang lurus. Aku mengakui bahwa diri ini terlalu mudah
terbawa perasaan. Namun aku membela bahwa aku selalu punya alasan di balik
semua itu. Siapa yang tak terpikir sesaat sebelum tidur jika beberapa jam
sebelumnya seseorang yang selalu kau perhatikan memberikan senyum terbaiknya.
Untukmu. Sekali lagi kutegaskan, untukmu. Siapa yang tidak terbayang-bayang
saat tiba-tiba di keheningan malam handphone-mu berbunyi. Notifikasi dari dia
yang selalu kau perhatikan diam-diam. Apa yang dikatakannya? Sesuatu yang tidak
lazim dibicarakan oleh dua orang yang hanya saling tau. Kutegaskan sekali lagi,
hanya saling tahu. Ada banyak lagi hal-hal semacam itu yang terjadi diantara
aku dan dia, namun tak akan ku ceritakan semuanya. Nanti malah kalian ikut
terbawa perasaan.
Satu yang menyakitkan adalah ketika tiba-tiba aku mendengar
kabar yang memanaskan relung hati. Dia yang selama ini ku perhatikan diam-diam,
ternyata sudah saling memperhatikan dengan orang lain. Untung saja selama ini
aku hanya diam-diam. Jadi sekarang aku hanya perlu berhenti untuk
memperhatikan, menyembuhkan sesak di dada yang diam-diam menikam. Tak semudah
itu, aku hanya menuliskannya dengan kata-kata yang seolah-olah mudah sih, hehe.