hai, embun disini. di atas sana, sudah ku tambahkan foto seseorang yang ku rindu. aku rindu sebab ku sadari bahwa dia telah hilang, dia pergi entah kemana. di foto itu, dia sedang tersenyum dengan kacamata ungunya. kedua tangannya memeluk map dan kado tanda juara. foto diambil langsung oleh ayahnya yang matanya berbinar bahagia. pada hari itu, dia membanggakan kedua orang tuanya.
banyak cerita yang aku dengar tentangnya. kata mereka, dia adalah orang yang cerdas. belajar menjadi kebutuhan baginya, bukan lagi kebiasaan. dia sering mengeluh jika libur sekolah lama sekali. dia selalu datang tepat waktu ke sekolah, bahkan beberapa menit lebih dulu. pekerjaan rumah yang menjadi momok bagi teman sekelasnya adalah hal yang paling disukainya. dia cepat hafal, dia cepat menghitung. dia selalu mengusahakan angka 100 untuk dirinya sendiri. kata mereka pula, dia banyak bahagia. dia kritis, pertanyaan yang keluar dari mulutnya tak pernah terduga. dia tak banyak bicara, tapi untuk seusianya waktu itu, perkataannya selalu tepat sasaran. dia berani, apapun rasa yang ada di dalam hatinya disampaikannya dengan lantang. dia senang bertemu orang banyak, dia senang di luar.
sekarang, aku kehilangannya. dia pergi dan berubah, membuatku rindu. dia beranjak dewasa, bertemu hal-hal tak terduga. dia melakukan kesalahan, dia membuat keputusan keliru. dia lebih suka diam, jauh dari ramai. dia mudah lupa, ingatannya hanya untuk hal-hal tak berguna. dia banyak sedihnya. dia banyak simpan rasa yang ada di dalam hatinya. dia menahan geraknya, mengunci mulutnya. kecuali itu semua, yang tak berubah darinya hanya satu, dia selalu mengusahakan angka 100 untuk dirinya.
namun, aku bangga. rindu tak menjadi masalah. dia tetap berupaya dengan sisa-sisa kemampuannya. ditambahnya lagi dan lagi untuk manusia yang dicintainya. dia tetap berusaha menjadi baik, meski yang memenuhi pandangnya adalah hal-hal yang pelik.
-salam sejuk dari tetesan embun pagi
0 comments:
Posting Komentar