♡ ྀི ingin punya hati seluas langit, supaya bisa terima semua bentuk awan.

27.9.23

Writing Challenge Day 1; Uraian tentang Aku

embun's current fav photo
embun's current fav photo, jec 2023


hai, aku embun. aku sangat suka dipanggil begitu. embun adalah salah satu kata dari rangkaian arti namaku -perempuan yang pantas dicintai seperti embun di pagi hari yang menyejukkan- kira-kira begitu. aku lahir dari dua manusia hebat yang sabarnya seluas samudera. banyak sekali kisah lama dramatis yang pernah dilalui oleh keduanya. bagaimana aku bisa tahu? yaa dari beberapa sumber, sih. hehe. kalau boleh ku sematkan gelar, malaikat sepertinya kata yang tepat. aku menjalani hidup sebagai adik dari seorang perempuan yang ternyata mewarisi kesabaran -seluas samudera- milik kedua orang tuaku. menjadi bungsu membuat sifatku banyak manjanya. dulu, aku akan menangis sesenggukan jika pintaku tak dituruti. namun, perjalanan menuju dewasa banyak mengubahku. sifat manjaku tetap ada, tetapi sudah ku pilih orang-orangnya. aku sudah lebih pandai mengontrol emosi jika pintaku tak bisa jadi nyata. menyadari hal itu, terkadang aku bangga dengan diri sendiri. jika sifat manja seorang bungsu tak bisa ku patahkan, aku ingin mematahkan bahwa seorang bungsu tidak bisa hidup mandiri. sejak sma, aku memilih hidup jauh dari keluarga. umurku berapa ya saat itu? 16? aku lupa. sejak saat itu sampai sekarang, aku sudah hidup -sendiri-, belajar mandiri. hal ini juga yang membuatku terkesan tertutup di mata kedua orang tuaku. aku juga merasakannya. mungkin karena waktu untuk bersama yang sedikit dan memang sifatku yang begitu. berbeda dengan uni -kakak perempuanku-, aku tak banyak cerita dengan ummi dan buya -ayah dan ibuku-. aku malu dan terkadang ku rasa tidak perlu, hehe.


sekarang aku merantau di jogja sebagai mahasiswa semester akhir. tahun-tahun dimana aku mulai mengenal diriku sendiri. ternyata, aku tidak bisa melakukan banyak hal di satu waktu karena hasilnya tidak akan maksimal. dulu jika ada pekerjaan kelompok, aku akan turun tangan memastikan semuanya sempurna sebelum dikumpulkan. namun sekarang, aku sudah tidak. jika ada teman yang lebih dahulu melakukan hal itu, aku persilakan. kenapa, ya? apakah aku mulai malas? atau kepercayaanku terhadap orang lain mulai meningkat? semoga yang kedua, wkwk. aku selalu mau mencoba hal baru, tetapi kabar buruknya, aku hanya mau. sebatas mau. aku tidak bergerak untuk itu, huh, menyebalkan. sejujurnya, aku selalu mau tampil ke depan. kata uni, sejak kecil aku selalu berani untuk itu. aku berani nyanyi di atas panggung, aku berani berpidato, aku banyak beraninya. namun di umur sekarang, aku banyak malunya. aku banyak mikirnya. overthinking. aku takut dinilai jelek, dilihat jelek. insecure. kabar baiknya, akhir-akhir ini pikiranku membaik. aku mulai melawan rasa-rasa jelek itu. kemarin ketika perpisahan kkn, aku memberanikan diri untuk menyampaikan puisi yang ku tulis dengan tangan sendiri di depan seluruh warga desa. embun, aku bangga! wkwkwk.


waktu kecil sampai sma, aku menilai diriku adalah seorang extrovert. namun sepertinya bukan extrovert garis keras, deh. lambat laun, aku merasa semakin menutup diri. aku lebih suka sendiri. aku lebih suka sepi, tapi bukan kesepian. aku lebih suka teman yang sedikit tapi dekat dan hangat. aku mulai banyak diam jika bertemu orang baru yang memang aku tidak perlu menyapanya duluan. aku mulai mencari alasan untuk menolak ajakan keluar dari teman-teman. aku memilih di kos-kosan, sendirian. aku lebih suka nonton, menulis, bahkan melamun menatap langit-langit kamar. aku lebih suka sendirian. walaupun begitu, aku tetap mau menampilkan yang terbaik jika memang aku harus tampil. aku tidak tahu perubahan yang terjadi dalam diriku ini adalah perubahan yang baik atau sebaliknya. namu semoga, perubahan ini mengarahkanku pada yang lebih baik, hehe. 


aku menilai diriku adalah manusia pemikir. aku bisa diam seharian karena isi kepalaku terlalu riuh. tentang bagaimana penilaian orang lain terhadapku, tentang bagaimana aku di mata orang lain. padahal aku tahu, semua itu di luar kendaliku. aku tak bisa mengatur bagaimana cara pandang manusia lain. aku tahu itu. namun sepertinya aku masih di tahap tahu, belum memahami secara utuh. itu adalah pekerjaan rumah paling rumit saat ini. fokus dengan apa yang bisa ku kendalikan dan lepas tangan atas apa yang berada di luar kendaliku. tidak apa, embun. kita berusaha sama-sama.

sudah dulu ya, itu saja, wkwk.



-salam sejuk dari tetesan embun pagi

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Embun Pagi, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena